Rusia Berusaha Bangkitkan Kembali Ambisi Ekspor LNG di Tengah Tekanan Sanksi Global

Rusia kembali berupaya memperluas ekspor gas alam cair (LNG) meskipun menghadapi tekanan berat akibat sanksi Barat yang telah mengganggu akses terhadap pendanaan, teknologi, dan kemitraan global. Kremlin kini menggandakan fokusnya ke pasar Asia dan Timur Tengah, sebagai bagian dari strategi untuk mempertahankan peran sebagai pemasok energi utama di tengah lanskap energi global yang semakin terpecah. Setelah dikenai sanksi terkait invasi ke Ukraina, berbagai proyek LNG besar Rusia—seperti Arctic LNG 2—mengalami penundaan dan kekurangan peralatan. Investor internasional, termasuk dari Eropa dan Jepang, menarik diri, memaksa perusahaan energi milik negara mencari komponen penting dari dalam negeri atau mitra non-Barat seperti Tiongkok dan India. Bagi Moskow, LNG kini menjadi pilar utama dalam strategi ketahanan ekonomi jangka panjang. Pemerintah telah menyusun rencana untuk meningkatkan kapasitas produksi menjadi 100 juta ton per tahun pada awal 2030-an—nyaris dua kali lipat dari kapasitas saat ini. Untuk mencapai target tersebut, Rusia mengalihkan rute ekspor dari Eropa ke Asia, sambil menawarkan kontrak jangka panjang dan harga diskon untuk menarik pembeli baru. Namun tantangan besar masih menghadang. Para analis memperingatkan bahwa tanpa dukungan teknologi dan pembiayaan dari Barat, ambisi LNG Rusia bisa gagal. Hambatan logistik di kawasan Arktik, keterbatasan kapal tanker, dan risiko geopolitik semakin memperumit prospek ke depan. Meski demikian, Kremlin tetap mengandalkan diplomasi energi dan penguatan hubungan dengan ekonomi-emerging untuk menjaga mimpi ekspor LNG tetap hidup—walaupun dunia terus berusaha mengurangi ketergantungan pada energi dari Rusia.

MARKETS

6/29/20251 min baca

Hubungi kami untuk berita dan informasi lebih lanjut tentang Dana UJI.